tes

Gaza: Rumah Sakit Tanpa Bantuan, Menjadi Kuburan?



Rumah Sakit Al Shifa, pusat medis terbesar di Gaza, berada di ambang bencana. Kekurangan bahan bakar yang kritis mengancam untuk melumpuhkan rumah sakit tersebut, meninggalkan dokter dan pasien yang kewalahan dalam situasi yang semakin berbahaya. Situasi ini terjadi di tengah serangan militer Israel yang terus berlanjut.

Sementara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump membahas nasib sandera Israel di Washington, sebuah krisis yang berbeda—tetapi sama mematikannya—melanda Gaza. Bukan serangan udara atau rudal, melainkan pengepungan yang ketat, yang menghalangi pasokan bahan bakar, yang mengancam jiwa ribuan pasien di Al Shifa. Dr. Muneer Alboursh, direktur jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, menggambarkan situasi ini sebagai perampasan hak dasar akan perawatan medis, yang mengubah rumah sakit menjadi "kuburan yang sunyi."

Serangan udara dan pemboman Israel telah menimbulkan kerusakan besar pada infrastruktur kesehatan Gaza. Israel menuduh Hamas memanfaatkan fasilitas medis untuk tujuan militer, sebuah tuduhan yang dibantah Hamas. Akibatnya, pasien harus menanggung beban penderitaan yang luar biasa, kekurangan akses ke perawatan medis, makanan, dan air bersih. Lebih dari 600 serangan terhadap fasilitas kesehatan telah terjadi sejak konflik dimulai, menurut WHO, yang menggambarkan sektor kesehatan Gaza sebagai "berlutut" karena kekurangan bahan bakar, pasokan medis, dan gelombang pasien yang terus-menerus.

Hanya setengah dari 36 rumah sakit umum di Gaza yang masih beroperasi sebagian. Dr. Muhammad Abu Salamiyah, direktur Al Shifa, memperingatkan tentang bencana kemanusiaan yang akan terjadi jika krisis bahan bakar berlanjut. Krisis ini tidak hanya mengancam operasional rumah sakit, tetapi juga pabrik desalinasi dan sistem pasokan air.

Untuk menghemat sedikit daya, departemen dialisis Al Shifa terpaksa ditutup, sementara unit perawatan intensif dan ruang operasi sangat bergantung pada pasokan listrik yang stabil. Sekitar 100 bayi prematur di rumah sakit tersebut terancam jiwa karena kekurangan oksigen. Tanpa bahan bakar, stasiun oksigen akan berhenti beroperasi, laboratorium dan bank darah akan ditutup, dan persediaan darah yang disimpan akan rusak. Dr. Abu Salamiyah menggambarkan skenario terburuk: rumah sakit yang berubah menjadi "kuburan bagi mereka yang berada di dalamnya".

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Gaza: Rumah Sakit Tanpa Bantuan, Menjadi Kuburan? "

Posting Komentar